Duniapers.com – Kecepatan kematian pasien meninggal dunia setelah sampai di rumah sakit juga meningkat. Sebabnya adalah keterlambatan penanganan medis untuk pasien. Banyak pasien yang meninggal dunia di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan adanya peningkatan kematian pasien COVID-19 di rumah sakit.
“Yang wafat di rumah sakit itu mendadak jadi lebih cepat. Biasanya rata-rata sebelumnya 8 hari, sekarang rata-rata 3 hari atau 4 hari sudah wafat,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin, Senin (2/7/2021).
Kini, banyak pasien yang wafat saat di IGD. Dulu, pasien COVID-19 yang wafat di IGD hanya sekitar 1-2%. Kini, pasien COVID-19 yang wafat di IGD menjadi 20%.
“Kematian yang terjadi peningkatan sekarang, penyebab utamanya karena terlambat tertangani di rumah sakit. Kita sudah melakukan analisa,” kata Budi.
“Kita heran kok kenapa orang di IGD jadi banyak yang wafat? Atau masuk IGD pun sudah wafat, death on arrival, itu lebih tinggi lagi kalau kita masukan data sudah masuk rumah sakit sudah wafat,” tuturnya.
Kemungkinan Pasien baru datang usai mengalami kondisi kesehatan yang buruk, yakni dalam kondisi saturasi oksigen di bawah 94%. Penyebabnya adalah penanganan pasien yang terlambat. Pasien juga terlambat datang ke rumah sakit.
“Ternyata kita lihat fakta berikutnya adalah orang masuk ke rumah sakit dulu saturasinya masih 93, 92, 90%. Sekarang orang masuk rumah sakit sudah 70% saturasinya, sudah 80%. Itu sudah telat sekali. Artinya virusnya sudah menyebar ke dalam paru-paru dan sudah sesak,” tutur Budi.
Sebab yang lebih mendasar lagi adalah kurangnya edukasi masyarakat soal persepsi terhadap COVID-19. Masyarakat punya persepsi, penyakit akibat virus Corona ini adalah aib.
“Perkiraan kita karena edukasi masyarakat, sehingga orang takut kena COVID-19 seperti aib. Ya jangan,” kata Budi.
“Begitu di bawah 94% segera kirim ke isolasi terpusat,” kata Budi.
Dia mengajak masyarakat waspada terhadap kondisi saturasi oksigen mereka sendiri. Bila saturasi oksigen di bawah 94%, segeralah pergi ke puskesmas atau dokter supaya kematian akibat COVID-19 terhindarkan.